Tuesday, March 14, 2017

Menyuarakan Pilihan Bersama Ash, Rosita dan Meena



Berlatar di dunia metafora di mana hewan menjalani kehidupan layaknya manusia, lewat film animasi Sing (2016), seekor koala jantan, Buster Moon (Matthew McConaughey) berusaha untuk menghidupkan kembali gedung teater warisan ayahnya. Ia kehabisan akal karena bisnis teaternya tak lagi punya penonton.

Mr. Moon, hanya dibantu oleh satu-satunya asisten, miss Crawly (diisi sendiri oleh sang sutradara, Garth Jennings), si kadal hijau yang uzur. Permasalahan muncul ketika Moon meminta Miss Crawly membuat poster kompetisi menyanyi yang akan ia adakan dalam rangka menyelamatkan gedung teater. Moon tak menyangka kontesnya itu mampu menarik banyak sekali minat masyarakat, meski hadiah yang ia tawarkan hanya sebesar 1.000 dolar AS (Rp 13.363.000). Atau jumlah itu lah yang ia tawarkan sebelum tanpa disadari si asisten melakukan kesalahan dalam mencetak poster. Poster hadiah itu salah ketik menjadi 100ribu dolar AS (Rp 1,34 miliar).

Tadinya film ini saya tonton karena iseng saja. Di balik ceritanya yang sederhana, tidak menduga Jennings yang merangkap tugas sebagai sutradara sekaligus penulis, dibantu oleh Christophe Laurdelet rupanya menyisipkan pesan pedas di balik garapannya itu.

Dari animasi ini kita akan mengenal lima karakter penyanyi yang akhirnya terpilih dari ratusan kontestan yang ikut audisi. Sebutlah Ash (Scarlett Johansson), landak yang merepresentasikan anak muda penggemar musik rock, Mike (Seth McFarlane), seekor tikus putih angkuh dan culas yang punya suara a la penyanyi swing, Rosita (Reese Witherspoon), ibu babi dengan 25 anak, Johnny (Taron Egerton), anak perampok gorilla yang tak ingin mengikuti jejak ayahnya, dan Meena (Tori Kelly), gajah pemalu bersuara emas.  

Kelimanya punya latar belakang, mimpi, dan ambisi yang berbeda. Dari segi cerita, memang sih pengenalan tokoh ini membuat plotnya melebar ke segala arah. Setiap tokoh mendapat porsinya untuk dikisahkan latar belakangnya. Tapi justru melalui ini lah, Jennings menyampaikan maksudnya. Bagi saya, pesan mengenai keadilan gender begitu kuat disampaikan.



Ash, landak ini mengawali karier bernyanyinya sebagai band duo di café. Namun ia hanya menjadi bayangan pacar sengaknya yang selalu mendominasi penampilan.

“Ash, babe, I’m the lead singer, ok? Just stick to the backing vocals,” tegur si pacar, Lance, ketika Ash mengambil porsi menyanyi lebih banyak dari kemauannya.

Pada akhirnya ketika keduanya juga ikut audisi pencarian bakat, hanya Ash yang diterima. Namun, Lance terus meremehkannya. Ketika Ash menunjukkan keinginannya untuk menciptakan lagunya sendiri, ia ditertawakan. “I know i make it look easy, babe, but it’s not,” kata Lance.

Belum lagi Moon memaksa Ash untuk mengenakan pakaian berwarna pink dengan rok mini untuk penampilannya. Moon juga memaksanya menyanyikan lagu pop tentang cinta yang dinyanyikan oleh perempuan.

You’re a female and you’re a teenager. This song was made for you,” kata Moon ketika diprotes Ash.

Rasanya, pertunjukan semacam itu banyak kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Perempuan harus menjaga suaranya lirih. Laki-laki adalah makhluk superior yang harus senantiasa didengar. Jika tidak siap-siap kamu akan ditinggalkan. Seperti Lance yang kemudian mendapatkan perempuan lain sebagai “korban” ke-sengak-annya. Sosial juga kerap membatasi perempuan, bahkan dari segi selera. Pink itu warna perempuan. Musik pop cinta-cinta-an itu sangat cewe. Yaaahhh hal-hal basi semacam itu lah…  

Lain lagi ceritanya dengan Rosita. Hari-harinya digambarkan sebagaimana citra ibu rumah tangga yang tak punya waktu untuk dirinya sendiri. Melihat Rosita, rasanya seperti ada yang mewajibkan dia untuk tersenyum setiap waktu layaknya pelayan toko melayani pembeli. Itu meski dia lelah dan perhatiannya hanya ditanggapi tak acuh oleh suaminya, yang hanya mengajaknya bicara ketika bertanya di mana letak kunci mobil atau soal wastafel kamar mandi yang mampet.


Pada akhirnya Rosita mengkuti kata hati untuk memperjuangkan mimpi terpendamnya lewat kontes menyanyi milik Moon. Ia mendapatkan cara untuk tetap bisa mengurus rumah dan 25 anaknya sekaligus datang ke teater. Ia pun mendesain semacam mesin sederhana yang bisa mengurus dari mulai membangunkan anak-anaknya, mengingatkan sang suami untuk membawa kunci, menyiapkan sarapan, mengantar mereka ke pintu ketika akan berangkat sekolah, mencuci piring, menjemur pakaian, semua itu lengkap dengan rekaman suara Rosita seolah ia ada di sana sebagaimana biasanya.  

Begitu lah cara Rosita menjalankan peran gandanya selama beberapa hari. Sedih melihat perannya bisa begitu saja digantikan oleh mesin, tanpa diketahui, baik oleh suami, maupun keduapuluh lima anaknya. Itu sampai akhirnya sang suami tanpa sengaja megacaukan mesin buatan Rosita. Ini lah titik balik keluarga Rosita yang pada akhirnya menyadari sisi lain Rosita tidak sebagai makhluk domestik. Rosita adalah penyanyi dan penari yang hebat!


Belum lagi pemilihan karakter binatang dalam kisah ini. Kalau dipikir-pikir, kenapa juga pembuat film ini tidak memilih merak yang cantik, kelinci yang lucu, lumba-lumba yang katanya pandai menyanyi, atau kucing yang seksi? Justru Meena dan Rosita seakan menampar orang-orang yang hanya memuja kebagusan fisik dibanding melihat kemampuan mereka sebenarnya. Mike, seekor tikus kecil yang sempat diremehkan, ternyata juga punya bakat menyanyi yang mempesona. Saya juga senyum-senyum melihat seekor gorilla menyanyikan lagu I’m still standing-nya Elton John sambil memainkan piano. Jangan lupakan juga Ash yang mempertegas kemerdekaan perempuan dalam membuat pilihannya sendiri. Landak yang dalam film ini digambarkan berbahaya karena durinya yang menancap ke segala arah itu nyatanya bisa menggebrak panggung dan mendapatkan pengakuan luar biasa.



Tapi rasanya, terlepas dari soal gender ya, dari awal film ini memang sudah punya argumen, bahwasanya masyarakat masa kini lebih memilih untuk menonton pertunjukan bakat atau sebutlah kontes menyanyi seperti The Voice, X-Factor, atau apalah lainnya, dibanding menonton pementasan semacam teater. Jadi mau coba iseng menonton film ini? 




*) sumber gambar dari sini dan sini

No comments:

Post a Comment