Aku berjalan. Separuh meraba-raba dengan tangan ke depan.
Tiba-tiba ada yang meraih pundakku. Terkejut, aku pun reflek menengok ke arah datangnya lengan itu.
Tak begitu jelas rupanya. Seperti biasa perjalanan ini begitu gelap. Tak ada siang di dunia ini. Selamanya malam.
Maka kelam pun membungkus sosoknya. Seutuhnya. Hanya menyisakan lengan yang menjurus menggenggam bahuku.
Sejujurnya tak pernah aku tau pemandangan di belakang punggungku. Aku tak pernah mencoba membalikkan kepalaku ke belakang. Entah takut atau gengsi. Keduanya sulit dibedakan.
Sebenarnya, aku pun kini takut menengok ke arah tangan itu datang, melihat siapa gerangan yang meremat pundakku.
"Siapa kau?" tanyaku.
Ia hanya diam. Begitupun lengannya tak bergerak.
Lengan itu kekar. Seperti lengan lelaki. Tapi halus, tak berambut, berjari lentik layaknya lengan perempuan. Tunggu! Lengan itu berjari tujuh.
Benar-benar ada tujuh, ketika kembali ku hitung setelah menggosok kedua mataku. Dimulai dari ibu jari, telunjuk, satu jari entah apa namanya, jari tengah, satu jari aneh lainnya, kemudian jari manis, dan terakhir kelingking.
Kerongkonganku tiba-tiba terasa kering. Tercekat. Takut kembali bertanya siapa dan mau apa dia.
Aku kembali melihat sekeliling. Hampir tak ada pemandangan yang bisa ditangkap. Aku baru menyadarinya. Aku bahkan tak tahu ini di mana. Aku hanya mengikuti langkahku selama ini.
Beberapa waktu yang lalu, sesekali ada bisikan menyuruhku ini dan itu. Tapi ku lewatkan. Aku terus berjalan karena takut mendengar suara-suara itu. Aku berjalan makin cepat.
Kini tangan itu menggapaiku. Apa dia marah karena menjadi salah satu yang kuabaikan? Aku tidak tahu.
Aku takut. Semoga ia tak menampakkan sosoknya. Apa jadinya sosok yang memiliki tujuh jari dan lengan bak androgini?
Mulutku mengeras. Lidah kaku. Ada rasa di ujungnya seperti ingin memuntahkan sesuatu. Tapi langsung membeku, dihantam dinginnya keraguan.
Aku termangu. Berpikir. Harus bagaimana aku sekarang? Harus ke mana aku kini? Diam berdiri di sini kah?
Tangan ini begitu kuat mencengkram. Aku terus menerus membolak balikkan pandangan ke balik punggungku. Gelap gulita.
Ini di mana? Apa saja yang sudah ku lewatkan?
No comments:
Post a Comment