Friday, September 4, 2015
Ini Bukan Lagi Soal Logika, Ini Tentang Si Kecil Cosy
Saya hafal bentuknya di luar kepala. Tapi kenapa saya selalu kaget kalau hewan itu tiba-tiba tertangkap mata saya. Bukan cuma kaget, tapi lebay. Dan siang ini, dengan kondisi belum mandi, belum makan, belum mencuci, belum wudhu, belum solat, belum pipis, saya histeris di depan pintu kamar mandi dengan gagang sapu terangkat.
Intinya mata saya menangkap hewan yang jadi musuh terbesar saya. Tolong jangan paksa saya sebut nama hewan itu di sini. Buat saya itu sungguh pamali. Membayangkan ekornya, mengeliat-geliut ketika sedang merayap. Juga selalu ada perasaan kaki-kaki hewan itu tidak cukup kuat untuk berjalan di langit-langit dan tiba-tiba jatuh nemplok di kepala...HIAAAAA!! MATIKKK GUAAAA!!
Eng..Pasti sudah bisa tebak saya bicarakan apa. Ya, Cosymbotus platyurus. Jujur, pemakaian sebutan latin untuk hewan itu lebih aman untuk saya. Ada banyak nama latin untuk dia seingat saya. Saya tidak tau pasti mana yang tepat. Tapi intinya menyebutnya dengan nama lain membuat bentuknya tidak akan langsung terbayang. Beda kalau saya sebut dengan nama umumnya, C..... ya itu lah.
Sekarang mari panggil dia Cosy. Dek Cosy (dia masih kecil saat saya lihat hari ini), tadi siang tiba-tiba muncul di dekat kran kamar mandi kosan. Ini serupa dead end untuk saya. Kenapa? ya pertanyaan kenapa itu juga yang saya ajukan pada Dek Cosy. Kenapa kamu harus muncul di dekat
kran, di saat saya mau wudhu, di saat saya mau isi ember untuk mencuci, di saat saya juga mau pipis, dan di saat semua anak kosan lagi keluar. ARGH!
Tau? Bahkan saya rela menunggu Dek Cosy untuk menyingkir dari sana. Saya rela pada akhirnya tadi siang menahan hampir satu jam untuk pipis. Saya juga rela tidak wudhu (maaf ya Tuhan), dan menunda waktu sholat karena ada Dek Cosy di situ. Dan cucian saya... ah sudah lah... itu sudah pasti saya pending.
Tapi bukan berarti saya diam. Dek Cosy sudah saya usahakan untuk menyingkir dari posisinya saat itu. Saya pukul-pukul tembok kamar mandi, saya buat suara-suara mengusir, sampai saya ambil sapu untuk memukul tembok yang lebih dekat dengan Cosy. Dan apa? Dek Cosy tidak bergeming. Yang terjadi justru jauh lebih parah dan paling saya takutkan. Rambut sapu tidak sengaja menyenggol Dek Cosy, hingga ia jatuh. TEPLOK! ARRRGGh! Dan dia masuk ke ember. Dan saya tambah histeris. MAYGAAAAT!!! *drama abis.
Baik. Saat itu lah saya putuskan waktunya untuk gencatan senjata. Saya kembali masuk kamar. Saya biarkan Dek Cosy sendiri yang memutuskan untuk bergeliat-geliut keluar dari ember dan pindah posisi entah di mana.
Entah berapa lama, saya keluar kamar. Dan ya, dia pindah posisi. Saat itu ia masih bergelantungan di papan cucian dengan bentuk tubuh yang... ah.. sudahlah.
Saya tinggalkan kembali medan pertempuran. Kembali ke kamar. Beberapa lama, saya kembali lagi menengok si Cosy. YES!! dia menghilang.
Tunggu! ini bukan saat yang tepat untuk bergembira. saya harus tau keberadaannya di mana. Celingak-celinguk cari ekor mungil Cosy yang sama sekali NGGAK lucu, akhirnya saya temukan dia di dalam ceruk tempat menaruh sabun batangan. OKE! itu cukup. Saya anggap itu tempat yang aman untuk saya. Lekuk tubuhnya tersembunyi dengan baik di balik sikat kamar mandi yang memang sengaja diletakkan di sana.
Baiklah. Akhirnya dengan posisi terbaru dari Dek Cosy saya jadi pede masuk kamar mandi. Saya bisa cuci baju saya, pipis, wudhu, bahkan mandi. Tentunya dengan terus berdoa semoga Dek Cosy tidak melakukan manufer dadakan yang membuat saya kelabakan. Plus, dengan posisi badan saya menghadap tembok berlawanan dari posisi si Cosy berada.
Saya sudah bilang kan, kalau saya lebay? eits tunggu dulu. Jangan bicara pake logika di sini. Iya tau badan saya lebih gede dan saya jauh lebih berotak. Tapi siapa sih yang mau punya ketakutan kaya begini? nggak ada. Pasti. Tapi gimana ya, kisah permusuhan saya dengan Dek Cosy itu mungkin sudah seumur hidup saya.
Entah alasannya apa saya juga tidak tahu. Yang jelas, Dek Cosy itu seperti tahu kehadirannya selalu membuat saya tak nyaman. Anehnya, semakin kita takut sesuatu, dia justru akan semakin sering muncul di sekitar kita. Perasaan saya sih begitu. Tapi mungkin karena kita jadi semakin peka.
Itu benar loh. Saya jadi hafal sifatnya. hahaha. Gini ya, Dek Cosy itu, kalau kita usir pasti akan selalu diam di tempat. Dia akan semakin keras kepala. Kenapa? mungkin di pikirannya, dengan diam dia tidak akan menarik perhatian manusia dan dia akan aman. Tapi justru yang begini bikin saya jadi makin menggila! Hah!
Tapi kalau boleh ngulik-ngulik sedikit, hewan ini nyatanya melegenda. Banyak cerita rakyat dan kisah di agama yang menceritakan hewan ini. Di awal kisah Angling Dharma misalnya, hewan ini jadi trouble maker yang membuat Angling Dharma berantem dengan sang istri, Setyawati, hingga sang istri memutuskan untuk membakar diri (coba cek sendiri aja ya ceritanya :P). Lalu di Islam, hewan ini juga katanya jadi trouble maker dengan meniup dan memperbesar api yang membakar Nabi Ibrahim. Nenek moyang cosy juga katanya yang bikin suara ketika Nabi Muhammad bersembunyi dari pengejar-pengejarnya.
Intinya hewan ini sudah sejak lama jadi musuh banyak manusia. Tapi saya tahu kok Tuhan katanya menciptakan cosy untuk menyeimbangkan alam. Dia selama ini berjasa mengendalikan populasi nyamuk.
Tapi yang saya nggak paham, di rumah saya dan di sekeliling saya, hewan ini selalu terlihat sebagai penguasa rantai makanan. Jumlahnya terus bertambah tanpa ada predator yang jelas di habitatnya (baca: rumah manusia). Populasinya, berdasarkan pengamatan saya, hanya berkurang jika ada Cosy-Cosy bego yang kejepit di engsel pintu atau masuk ke AC atau nyemplung di air. AH GELI!!
Ah tapi pada akhirnya, saya harus mengakui kalau ketakutan ini harus diatasi atau hidup saya sungguh akan selamanya terganggu. Etapiiiiii.... kata para motivator itu, mengatasi rasa takut caranya adalah hanya dengan menghadapinya. GILAK apa mereka?!?!?!?
(gambar di atas nyomot dari sini)
Labels:
What a Day!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment