Monday, May 18, 2015

Gerrard Si Pemberani




Steven Gerrard, dalam 17 tahun berkarier di sepakbola hanya bermain untuk satu klub, Liverpool. Setelah pertandingan kandang terakhirnya untuk klub melawan Crystal Palace (16/5) ia pun mengucapkan selamat tinggal.

Gegap gempita sambutan penonton mengantar pemain berusia 34 tahun itu pada penampilannya yang ke-709 bagi The Reds. Spanduk penghormatan pun dibentangkan di tribun penonton oleh para pendukung. Para pemain Liverpool mengenakan jersey bernomor 8 dengan nama Gerrard sebagai ucapan perpisahan.

Sang kapten memang mengakhiri kariernya di Anfield dalam suasana emosional. Melihat ke belakang pada 17 tahun bersama Liverpool, ia mengaku bangga. Gerrard berjanji tak akan pernah melupakan peristiwa kali ini.

"Suatu pelepasan yang sulit dipercaya," ungkapnya kepada BBC Sport.

Baru-baru ini saya dihadapkan pada kategori yang sama dengan apa yang dihadapi Steven Gerrard. Saya, relasi, dan perpisahan. Tiga kata kunci yang kombinasinya paling tidak saya sukai.

Lagi-lagi soal perpisahan. Kata itu selalu mengundang segala perasaan negatif. Perasaan yang akan ada jika ada lebih dari satu yang saling terhubung, yang kemudian mereka saling tercerai karena suatu hal.

Gerrard punya 17 tahun untuk membangun relasi. Ia hanya butuh 90 menit waktu pertandingan di Anfield untuk merasakan beratnya berpisah. Tidak sampai dua jam ia merasakan saat terakhir dirinya tak lagi menjadi bagian dari Stadion di Liverpool itu.

Bagaimana rasanya?

Yang jelas Gerrard adalah orang paling berani yang pernah saya tahu. Maka kepergiannya pun dihormati dengan gempita yang hebat. Di saat semua rekannya sibuk menandatangani kesepakatan kontrak dengan klub ini itu, dia menyatakan diri ingin terus bermain bagi Liverpool.

Saya tak seberani itu. Kini sudah setahun saya di tempat kerja ini. Saya belum merasa takut karena saya berusaha untuk tidak punya keterikatan apapun. Maksud saya di dalam hati. Di media ini, saya hanya mencari makan dan berlatih menulis. Titik.

Tapi di sini, di kos ini, saya baru delapan bulan. Mungkin. Saya tidak yakin, yang jelas baru hitungan bulan. Dan saya sudah merasa ketakutan. Saya sudah jauh terhanyut.

Ada yang menganggap saya bukan lagi hanya seorang teman. Katanya saya sudah seperti keluarga. Delapan bulan, dan sudah menganggap saya sejauh itu. Jika dibandingkan Gerrard yang sudah 17 tahun dan hanya butuh 90 menit untuk menyatakan selamat tinggal, berapa detik yang saya butuhkan?

Oke mungkin itu agak berlebihan. Tapi relasi itu bagi saya ibarat menarik ke arah yang berlawan sehelai rambut yang sudah terbelah dua sebelumnya. Begitu tipis, begitu rapuh, begitu mudah di patahkan.

Jadi, tidak mempunyai hubungan akan sangat aman, tapi tentunya itu tidak mungkin. Maka menjaga hubungan agar tetap "biasa" itu lah yang saya cari. Dan kelakukan saya kalau sudah begini adalah: menarik diri.

Biasanya saya akan mundur sebentar. Mengurai ikatan yang menurut saya sudah terlampau kuat. Mengendurkannya kembali untuk menjadikannya lebih mudah ditata.

Bilang lah saya pengecut. Tapi coba pikir kembali, semua makhluk hidup punya pertahanan diri terhadap predatornya masing-masing. Dan ini lah cara saya. Saya suka perasaan bebas tanpa tanggungan apa pun.

Saat ini tanda-tanda itu mulai terlihat. Di saat perilaku teman-teman saya mempengaruhi perasaan saya, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu di mana makin banyak yang bercerita soal relasinya masing-masing dengan kenalan masing-masing,  maka sudah waktunya saya mengulur tali ralasi ini. Menjadi natural dan tak terlalu berbelit...

Hhhhmmmmm......

Baiklah.... Baiklahhh...Ini gunanya menulis kan? Ibarat meditasi. Introspeksi lalu mengikhlaskan emosi.

Setelah paragraf terakhir tadi selesai ditulis agaknya saya akan menyesal jika itu saya lakukan. Itu dulu saya lakukan. Sekarang saya harus menekankan diri untuk tidak begitu lagi.  Saya akan berani seperti Gerrard. Hahahahah..... ^_^



#Sedikit modifikasi dari paragraf awal yang juga saya tulis berita di Republika
*
Dapat gambar dari sini

No comments:

Post a Comment